Monday, December 2, 2013

(5 - 8 September 2013) Makassar : Samalona, Bantimurung, Leang leang, Rammang-Rammang <<-->> Tana Toraja : Rantepao, Kete Kesu, Londa, Lemo


Ibu Kota dari Provinsi Sulawesi Selatan ini, salah satu impian gw... udah lama banget pingin menginjakan kaki disini. Ada temen gw Asrini namanya, yang asli sini ngajakin dari jaman seragam putih abu-abu baru sekarang DIA mengizinkan gw untuk mengexplore Makassar plus ke Toraja pula..Alhamdulillah..
Siaaap braaangkat dgn bantal2 kece :D
Berawal dari celetukan dari Iin soulmate gw dalam traveling :D ,"cha ada tiket promo lagi nih kita ke Makassar mau ga?? mauuu *gw jwb dgn hebooh".semua Iin yang banyak berperan mulai dari cari info penginepan, bikin itinerary, sampai akhirnya Iin menemukan kita dengan Citra asal dari Palembang dari milis backpaker. Dan nyambung menyambung jadi satu di komunitas itu kita janjian juga dengan Nia,Dian,Iman (dari Jakarta) dan Agus (dari Balikpapan) yang kami semua adalah.... jreeeng...jreeng...punya tujuan sama explore Makassar-Toraja. yiaaayeeee....bagus lah kan jd ringan kita patungan sewa mobil ke Toraja..

kl gw penasaran sama es pisang ijo,ternyata enakan langganan gw yg di kemang euy :D

Lalu kita ke Benteng Rotterdam, kl di Jakarta macam Fatahila sejarahnya


sunset Samalona Island

d'other view Samalona





jelas2 ada larangan..eeh ad aja yg ga peduli,malah tidur pula -_-


kuliner sepulang dari mantai ^^

cukup mengenyangkan ini
Dan ke esokan harinya 6 September 2013 rombongan dari Jakarta baru tiba..lalu kita lanjut trip ke Batimurung ada air terjun dan penangkaran kupu-kupu & Leang-leang disini batu2 dan ada lukisan manusia purba *sayang disini batre camera gw abis :(   setelah dari sini kita jemput Agus dari Balikpapan lalu lanjut ke Rammang-rammang.


Foto by Iin
di Leang-leang, Foto by Citra pake Cameranya Iin :D



nih..liat...keren banget kan ;)

Pada sore harinya kami berangkat ke Toraja kurang lebih 9 jam perjalanan,minus Dian yang memilih untuk tidak ikut karena ada suatu hal. Kita sampai Toraja pagi dini hari menunggu matahari terbit kita tidur di mobil di depan Masjid. Fyi : Masjid disini sangat dijaga sekali, dibuka hanya waktu solat saja, kita aja sempe harus ketok2 pintu agar dibukain pintu. Kita sempat berpikir ko ga bersahabat banget ya, setelah usut punya usut si penjaga bilang terkadang dari agama lain suka masuk dan bab sembarangan *ouccch..

Kete Kesu Village

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka.Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat "pemerintahan". Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.(Wikipedia)

yang dibuatkan patung lilin inilah dr kel bangsawan, semakin tinggi letak peti menentukan derajat bagi si mayit sewaktu hidup (di Rantepao)


ini bukan sampah, tapi istilahnya sesajen / barang2 kesukaan simayit sewaktu hidup

Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.(Wikipedia)


yeay..kami adalah (ki-ka) Citra-Prita-Iin-Me-Nia-Imam-Agus \m/
trip ke Toraja itu wow banget lah...trip ziarah kubur yg dikemas dalam suatu budaya yg sangat Istimewa *gaya ceribel
           ini juga nih..semakain banyak tanduk kerbau, menentukan seberapa kayanya warga Toraja..itung sendiri dah 1 ekor kerbau aja brp duit.. :D

kita udah ngebayangin pemandian yg menyatu dengan alam, eeeh taunya swiming pool ala villa di puncak =__=

makan duluu..rencana mw mantai lagi di Pare-pare,,apa daya udah kemaleman..yasudlah langsung ke Bandara aja, and back to Jakarta tercintah ;)

Trimakasih Iin-Prita-Citra-Nia-Imam-Dian-Agus,senang ngetrip bareng kalian...semoga kita bisa ngetrip bareng lagi ya (•ˆ⌣ˆ•)